Menurut saya salah contoh lain perubahan arsitektur yang mirip dengan metamorfosis (seperti katak_menjadi bentuk lain tetapi masih memiliki inti yang sama) adalah area ziarah Katolik di Sendang Sono, Muntilan, Jawa Tengah. Selain itu arsitektur di Sendang Sono ini dipengaruhi dengan kondisi alam sekitar (kontur)
Bila dilihat dari sejarah berdirinya sendang sono yang saya kutip dari situs http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/places-of-interest/sendang-sono/ dan http://id.wikipedia.org/wiki/Sendangsono
disini dituliskan bahwa pada tahun 1904 tempat yang awalnya bernama sendang semanggung ini pada awalnya merupakan tempat persinggahan para bhikku yang ingin menuju daerah boro, wilayah selatan sendang sono. Kesejukan dan kenyamanan tempat itu ternyata juga dimanfaatkan untuk bertapa oleh sejumlah rohaniawan Buddha dalam rangka mensucikan dan menyepikan diri. Nilai spiritualistik muncul dan menguat seiring dengan adanya kepercayaan yang didasarkan pada suatu legenda bahwa tempat itu juga dihuni Dewi Lantamsari dan putra tunggalnya, Den Baguse Samija.
Dari situ bisa dilihat bahwa sebenarnya nilai rohani Sendangsono sudah terbangun sebelum Gereja Katolik berkarya di tempat itu. Lalu pada saat kedatangan Pastur Van Lith pada tanggal 20 Mei 1904 yang membabtis 171 warga kalibawang tempat persinggahan para bhikku ini mulai merubah fungsi sebagai tempat ziarah umat katolik
1 komentar:
bagus galih..lanjutkan menulis artikel lainnya..selamat
Posting Komentar