Sabtu, 07 Februari 2009

Masih sama Metamorfosis Arsitektur
















Menurut saya salah contoh lain perubahan arsitektur yang mirip dengan metamorfosis (seperti katak_menjadi bentuk lain tetapi masih memiliki inti yang sama) adalah area ziarah Katolik di Sendang Sono, Muntilan, Jawa Tengah. Selain itu arsitektur di Sendang Sono ini dipengaruhi dengan kondisi alam sekitar (kontur)

Bila dilihat dari sejarah berdirinya sendang sono yang saya kutip dari situs http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/places-of-interest/sendang-sono/ dan http://id.wikipedia.org/wiki/Sendangsono
disini dituliskan bahwa pada tahun 1904 tempat yang awalnya bernama sendang semanggung ini pada awalnya merupakan tempat persinggahan para bhikku yang ingin menuju daerah boro, wilayah selatan sendang sono. Kesejukan dan kenyamanan tempat itu ternyata juga dimanfaatkan untuk bertapa oleh sejumlah rohaniawan Buddha dalam rangka mensucikan dan menyepikan diri. Nilai spiritualistik muncul dan menguat seiring dengan adanya kepercayaan yang didasarkan pada suatu legenda bahwa tempat itu juga dihuni Dewi Lantamsari dan putra tunggalnya, Den Baguse Samija.
Dari situ bisa dilihat bahwa sebenarnya nilai rohani Sendangsono sudah terbangun sebelum Gereja Katolik berkarya di tempat itu. Lalu pada saat kedatangan Pastur Van Lith pada tanggal 20 Mei 1904 yang membabtis 171 warga kalibawang tempat persinggahan para bhikku ini mulai merubah fungsi sebagai tempat ziarah umat katolik

Dari perubahan ini saya menganggap sendang sono merupakan salah metamorfosis arsitektur suatu perubahan tetapi tidak meninggalkan esensi awal yang sejalan dengan alam, esensi sebagai tempat singgah dan nilai spiritual. Tetapi perbedaannya adalah karena sekarang memiliki fungsi sebagai tempat ziarah, tempat singgah umat Katolik. Yang berbeda dengan jaman dahulu yang sebagai tempat singgah para bhikku

Selain kita dapat melihat Arsitektur yang diciptakan oleh Romo Mangun memiliki keindahan yang menyatu dengan alam sekitarnya sehingga tidak mencolok tetapi juga tidak sederhana. Bagaimana Beliau mengatur pola-pola peruangan, mengolah gazebo yang unik, pengolahan tangga, jembatan dan lain sebagainya. Dengan memanfaatkan kontur alam yang cukup curam Romo Mangun menciptakan sebuah arsitektur yang menyatu dengan alam

Sendang sono juga memperoleh penghargaan dari Ikatan Arsitek Indonesia IAI AWARD 1991: Penghargaan Karya Arsitektur Terbaik 1991 kepada Bangunan Ini untuk Kategori Bangunan Khusus Usaha Penataan Lingkungan.Prasasti ini dipasang di dekat jembatan masuk menuju pelataran sendangsono. Prasasti ini menjadi saksi dan sekaligus bukti keindahan Sendangsono dari sudut pandang arsitektur. Sendangsono menjadi ikon penataan bangunan yang tidak merusak lingkungan. Penataan kompleks peziarahan sendangsono sangat menekankan aspek harmoni dengan alam.

Wilfridus Galih Prakoso

21051120






1 komentar:

Anonim mengatakan...

bagus galih..lanjutkan menulis artikel lainnya..selamat